Masa Kecil Luis Nani
Antonia membesarkan Luis Nani di rumah sempit yang dibangun dari balok-balok beton di tepi kawasan Santa Filomena di Amadora.
Rumah satu lantai itu dikelilingi puing-puing, kasur tua dan seng berkarat. Orang luar menolak memasuki area yang mereka sebut Ghetto. Salah satu lingkungan paling miskin di Eropa, sebagian besar dihuni oleh imigran dari Tanjung Verde dan Angola.
“Nani tumbuh dikelilingi kesulitan dan penderitaan, tetapi perjuangan untuk bertahan hidup telah membuatnya menjadi pemuda dan pemain seperti sekarang,” kata Antonia Sunday Mirror Sport.
Baca Juga: Curhat Striker Blasteran Kanada Jelang Laga Timnas Indonesia vs Myanmar di Piala AFF 2024
Sejak kecil, Nani selalu bermain sepak bola. Dia mengidolakan Luis Figo dan selalu memerankankan ‘pahlawannya’ saat bersenang-senang dengan teman-temannya.
“Dia bahkan tidur dengan bola di tempat tidurnya. Ketika berusia delapan tahun, dia pergi menonton kakak laki-lakinya bermain di tim lokal, Real Sport Clube Massama, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak menendang bola sendiri,” cerita Antonia.
Pertemuan tak sengaja tersebut kemudian mengubah hidup anak muda itu selamanya.
Baca Juga: Bawa Pemain U-22, Ini Komentar Shin Tae-yong Jelang Lawan Myanmar
“Dia menggiring bola melewati beberapa pemain yang lebih tua. Salah satu pelatih langsung melihat bakatnya dan memintanya untuk kembali. Dalam setahun, dia direkrut. Dan sejak itu hidupnya hanya tentang sepak bola,” tutur Antonia.
Antonia bersyukur, sepak bola menyelamatkan hidup keponakannya. Saat anak muda di lingkungan tempat tinggal mereka terlibat kejahatan dan narkoba, Luis Nani tetap disiplin berlatih.
“Dia memberi tahu teman-temannya jika dia bekerja cukup keras, dia akan bermain untuk Manchester United dan mereka menertawakannya,” kenang Antonia.
“Tetapi dia telah membuktikan semua orang salah dengan kerja keras dan tekadnya,” lanjut sang bibi.
Baca Juga: Ditangani Pelatih Portugal Luis Estrella, Timnas Futsal Putri Target Lolos Semifinal Piala Asia
Untuk dapat berlatih, Nani harus berjalan kurang lebih 5 km dalam sehari untuk pergi berlatih dan kembali lagi ke rumah karena saaitu mereka tidak mampu membayar tiket kereta.
Jika sudah terlambat, Nani kemudian naik kereta tapi menghindari ongkos atau tidak membayar tiket. Polisi pernah membawanya pulang dan menegurnya karena mengelak membayar tiket.
Baca Juga: Resmi, Ini 24 Pemain Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024 Ada Rafael Struick