Semangat menang yang keliru
Edy turut menyoroti menjamurnya turnamen-turnamen di Indonesia yang hanya berlangsung selama satu hari. Menurutnya, ada potensi ketidakakuratan yang bisa muncul apabila turnamen-turnamen seperti ini terus digelar.
“Bayangkan pemain harus bertanding jam 07.00, lalu bermain lagi pada 10.00, 13.00, hingga 15.00 dalam satu hari. Bermain lima kali sehari. Pulangnya memang membawa piala dan membuat orang tuanya bangga, tetapi mereka tidak tahu efek terhadap organ tubuh pemain ini,” ujarnya.
Menurutnya, one-day tournament saat ini sudah mengimingi secara material atau berbentuk uang. Sehingga menghilangkan nilai atau arti kemenangan. Hal ini juga bisa meletakkan teknik dasar yang keliru dan akan berdampak pada pembinaan karakter pemain sepak bola khususnya usia dini.
Edy berharap, orang tua pemain bisa memahami ide dasar pembinaan pemain usia dini. Sehingga, mereka tidak mengambil sikap yang keliru dalam mendidik putranya yang ingin menjadi pesepak bola.
“Saya pikir pencapaian pelatih Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023 ini sudah luar biasa. Saya tahu persis bahwa para pemain ini, di bawah asuhan Bima, salat saja harus berjemaah. Timnas Indonesia U17 sudah luar biasa.” ujarnya.