Fatwa Haram Efektif
Adapun keributan didasari ego dan fanatisme terhadap klub kebanggaan masing-masing. Rivalitas buta jika merujuk pada istilah sepak bola.
“Biasalah ego supporter satu kota dan wilayah, yang terkesan ingin menjadi paling eksis dan terbaik,” ujar wartawan senior, Mus Mulyadi kepada Turunminum.id
Bang Mus, sapaan akrabnya sudah bertugas di lapangan ketika pertikaian suporter Persita dan Persikota kerap terjadi.
Namun, pria yang juga Ketua Pokja Wartawan Harian Tangerang Raya Periode 2024-2027 itu bersyukur, hal itu tidak lagi terjadi pada saat ini.
Baca Juga: Patrick Kluivert Pantau Laga Persita vs Persik Kediri, Incar Pemain Muda?
Fatwa haram yang dikeluarkan MUI Kota Tangerang pada Februari 2012 untuk menyudahi rivalitas antara Persita dan Persikota di Stadion Benteng cukup efektif. Kedua kubu suporter sudah tidak lagi bertikai.
Ditambah kondisi dimana kedua tim bermain di level kompetisi yang berbeda sehingga tidak ada lagi derby Tangerang.
Pada 2012, Persikota bermain di kompetisi Divisi Utama versi Liga Primer Indonesia (LPI). Kemudian di 2013 tim Bayi Ajaib tidak mengikuti kompetisi Divisi Utama, yang menyebabkan mereka terdegradasi ke Divisi I di musim berikutnya.
Baca Juga: Lini Serang Timnas U-20 Dinilai Belum Memuaskan Jelang Piala Asia
Di musim 2014, Persikota bermain di Divisi I, sayangnya mereka gagal di penyisihan grup sehingga tidak bisa kembali ke Divisi Utama serta harus rela bermain Liga Nusantara (Liga 3).
Sementara Persita sejak musim 2012-2014 bermain di kasta teratas atau Indonesia Super League (ISL).
Kini Persikota beraksi di Liga 2 dan Persita berkompetisi di Liga 1. Kedua tim juga tak lagi berbagi stadion karena Persita sudah punya kandang sendiri yakni Indomilk Arena di daerah Kelapa Dua.
Persabahatan antar suporter Persikota dan Persita sudah terjalin. Tidak jarang kedua kubu saling support ketika ada pertandingan.
Baca Juga: 5 Pemain Terburuk Sepanjang Masa di Liga Inggris, Ada Eks Persebaya