Awal Mula Mitra Kukar
Pada awal 1990-an, sinar Niac Mitra lalu meredup akibat semakin sulitnya pendanaan dan perubahan dalam struktur liga sepak bola Indonesi sehingga memaksa klub berhenti berkompetisi.
Saat Niac Mitra terdegradasi ke Divisi 1 pada 1999, klub ini diakuisisi oleh pengusaha asal Banjarmasin, Sulaiman bin Haji Basirun, yang juga pemilik Hasnur Grup dan klub sepak bola Barito Putera dan berganti nama menjadi Mitra Kalteng Putra.
Tiga tahun berselang, Mitra Kalteng Putera terdegradasi ke Divisi II dan berpindah tangan ke H. Suryanto Anwar. Dibantu pengusaha Endri Erawan, Mitra Kukar kembali ke Divisi Satu.
Baca Juga: Bali United Alami Nasib Sial Jelang Akhir Liga 1, 8 Pemain Belum Pulih dari Cedera
Pada tahun 2005, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara membeli Mitra Kukar seharga Rp 1.5 Miliar.
Tiga musim di Divisi Utama, Naga Mekes akhirnya promosi ke Indonesia Super League (ISL) musim 2011/2012 setelah finis di urutan ketiga Divisi Utama 2010/2011.
Di era ISL, Mitra Kukar pernah jadi tim yang diperhitungkan. Mereka adalah kuda hitam merepotkan bagi tim-tim besar Liga Indonesia.

Baca Juga: Bocoran Exco PSSI Terkait Proses Naturalisasi untuk Miliano Jonathans
Banyak bintang-bintang nasional yang bergabung seperti Zulham Zamrun, Ahmad Bustomi, Arif Suyono, Atep, Eka Ramdani, Bayu Pradana, Hendra Adi Bayauw, Rudolof Yanto Basna, hingga Rafli Mursalim.
Beberapa bintang Liga Inggris juga sempat bergabung seperti Mereka adalah Danny Guthrie, Marcus Bent, Roy O’Donovan, dan Mohamed Sissoko.
Prestasi terbaik Mitra Kukar adalah juara Piala Jenderal Sudirman 2015. Mereka mengalahkan Semen Padang di partai final di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) dengan skor 2-1.
Baca Juga: Ketemu Gerald Vanenburg, Begini Misi Khusus Erick Thohir