Pelatih Persis Solo, Leonardo Medina memberikan sejumlah saran tentunya kepada PSSI untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Pasalnya, selama enam bulan bekerja sebagai nakhoda Laskar Sambernyawa, ia melihat sejumlah kekurangan dalam sepak bola Indonesia.
Meningkatkan Kualitas Wasit
Selama bekerja sebagai pelatih di Indonesia, Leonardo mengapresiasi sepak bola Indonesia karena memiliki gairah dari seluruh elemen. Namun, ia juga melihat kekurangan yang harus segera dibenahi.
“Saya telah berada di sini selama enam hingga tujuh bulan dan satu hal yang saya saksikan ialah sepak bola Indonesia memiliki gairah yang luar biasa,” kata Leonardo, Selasa (25/4/2023).
“Namun, kita juga perlu meningkatkan kualitas liga dalam beberapa aspek. Salah satu aspek yang bisa ditingkatkan ialah kualitas wasit,” lanjutnya.
Mengadakan VAR
Selama melatih di Persis Solo, pelatih asal Meksiko itu memang sudah beberapa kali menyinggung soal kualitas wasit yang menuai protes.
Menurutnya, kekurangan wasit dapat diatasi dengan penggunaan video assistant referee (VAR) yang sudah mulai digunakan banyak negara. Dengan adanya VAR, keputusan wasit yang merugikan salah satu tim bisa dikoreksi.
“Saya pikir kualitas wasit masih bisa ditingkatkan lebih baik lagi. Terkadang saya juga menyebut kebutuhan VAR. Sebab, beberapa keputusan dapat diputuskan secara lebih baik dengan VAR,” ujar juru taktik Persis Solo itu.
“Tentu saja, dengan segala hormat kepada para wasit, sebagai seorang manusia, mereka bisa melakukan kesalahan. Ini adalah hal yang normal,” lanjutnya.
Meningkatkan Tata Kelola Kompetisi
Lebih lanjut, Leonardo Medina juga menyinggung soal aspek tata kelola organisasi kompetisi. Dia mengatakan, aspek pengelolaan dan perencanaan sangat dibutuhkan operator liga.
“Aspek selanjutnya yang tak boleh dilupakan ialah tata kelola organisasi. Saya pikir, hal ini menjadi sangat penting untuk ditingkatkan. Kompetisi harus diorganisasi dengan baik, salah satunya soal perencanaan,” ujarnya.
Membuat Organisasi Sebagai Operator Kompetisi Usia Dini
Selain itu, mantan asisten pelatih Johor Darul Takzim (JDT) ini juga menyebut soal kualitas penyelenggaraan kompetisi usia dini. Leo menjelaskan, kompetisi ini harus digelar secara berjenjang dan berkesinambungan.
“Kemudian, kompetisi untuk level usia dini juga harus diperhatikan. Saat saya datang dari negara lain, hal yang saya saksikan di sini ialah tidak adanya organisasi yang bagus untuk kompetisi usia dini,” ujarnya.
“Kompetisi untuk pemain muda harus diputar sama seperti level senior. Semua tim di kompetisi kasta tertinggi harus punya akademi usia dini yang bertanding satu sama lain,” ia menambahkan.