Turunminum.id – Sleman, sebuah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang merupakan markas dari klub sepak bola PSS Sleman. Klub ini telah menjadi tiang utama dalam mengangkat nama Sleman di kancah olahraga, terutama sepakbola.
PSS Sleman memiliki peran penting dalam mengumpulkan dan menginspirasi masyarakat Sleman yang gemar akan sepak bola.
PSS Sleman didirikan pada tanggal 20 Mei 1976. Saat itu, klub ini terbentuk dari beberapa klub internal seperti PS Godean Putra, PS Mlati, PS Kalasan, PS Angkatan Muda Seyegan, dan PS Sleman Tengah.
Baca juga: Sejarah Persis Solo, Klub Tertua dengan Segudang Kisah
Pendirian PSS Sleman diprakarsai oleh lima tokoh kunci yakni, Sudarsono KH, H. Suryo Saryono, Sugiyarto SY, Hartadi, dan Subardi.
Kelima tokoh tersebut memiliki minat bersama dalam sepak bola, yang menjadi dasar terbentuknya PSS Sleman. Saat baru didirikan, PSS Sleman masih dikelola secara independen oleh para pengurus tanpa dukungan sponsor besar.
Kiprah PSS Sleman
Pada tiga tahun awal berdirinya, PSS Sleman aktif dalam kompetisi dan menguatkan struktur internalnya. Barulah pada tahun 1979, PSS Sleman melangkah masuk ke Liga Indonesia dengan debutnya di Kompetisi Liga II PSSI. Dalam liga ini, PSS Sleman harus melewati penyisihan regional DIY sebelum berhasil menjadi juara dan melanjutkan ke babak berikutnya.
Pada tahun 1997, PSS Sleman pertama kali merasakan persaingan di Divisi I Liga Indonesia dan bertahan di liga ini hingga tahun 1999. Pada tahun 2000, mimpi besar PSS Sleman untuk berkompetisi di kasta tertinggi Liga Indonesia akhirnya tercapai. PSS bahkan berhasil mencapai posisi keempat pada Liga Indonesia 2003.
Namun, pada tahun 2006, PSS Sleman terpaksa menarik diri dari kompetisi akibat dampak gempa bumi di Jogja. PSS Sleman baru kembali berkompetisi pada tahun 2007. Sejak saat itu, PSS Sleman mengalami pasang surut dalam prestasinya.
Pada tahun 2013, mereka bergabung dengan PT LPIS dan berhasil meraih gelar juara Liga Indonesia. Sayangnya, karena adanya dualisme dalam PSSI, gelar tersebut tidak mengantarkan PSS Sleman mendapatkan tiket promosi meski menjadi juara.
Tahun 2014 menjadi tahun yang sulit bagi PSS Sleman karena terlibat dalam kontroversi “sepakbola gajah” saat melawan PSIS Semarang.
PSS Sleman dikenakan sanksi berat, termasuk larangan bermain dan denda besar. Namun, pada tahun 2017, PSS Sleman mulai bangkit dan berhasil meraih gelar juara Liga II pada tahun 2018. Prestasi ini membawa PSS Sleman naik ke Liga 1 Indonesia, di mana mereka berlaga hingga saat ini.
Stadion dan Pendukung Setia PSS Sleman
Stadion Maguwoharjo menjadi markas bagi PSS Sleman, klub yang dijuluki Elang Jawa. Stadion ini dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Sleman sebagai dukungan bagi PSS Sleman dalam perjuangannya di Liga Indonesia.
Stadion Maguwoharjo memiliki standar internasional dengan lapangan rumput berkualitas yang memenuhi standar FIFA. Dengan kapasitas penonton mencapai 30.000 orang, stadion ini menjadi tempat utama PSS Sleman untuk melakoni pertandingan kandang.
Selain Maguwoharjo, PSS Sleman juga memanfaatkan Stadion Tridadi sebagai tempat latihan dan sebelumnya pernah menggunakan Stadion Mandala Krida sebagai markas mereka pada tahun 2002-2003.
Tak hanya memiliki stadion yang megah, PSS Sleman juga memiliki dua kelompok pendukung setia yaitu Slemania dan Brigata Curva Sud (BCS). Kedua kelompok pendukung ini telah memberikan dukungan yang tak tergoyahkan dari tahun ke tahun.
Slemania terbentuk pada masa-masa awal pasca Orde Baru, sementara BCS muncul lebih belakangan pada musim 2009-2010.
Pemain Bintang dan Legendaris PSS Sleman
PSS Sleman saat ini menempati urutan ke-8 di klasemen sementara Liga I, dengan raihan poin 12, hasil dari 8 kali main, 3 kali menang, 3 kali seri dan 2 kali kalah.
Dalam mengarungi Liga 1 Indonesia musim 2023/24, PSS Sleman dihuni oleh sejumlah pemain bintang diantaranya, Jonathan Bustos, Hokky Caraka, Abduh Lestaluhu, Kim Jeffrey Kurniawan dan Esteban Vizcarra.
PSS Sleman juga memiliki sejumlah nama pemain legendaris yang sudah tak asing lagi di kancah sepak bola Indonesia. Sebut saja Seto Nurdiyantoro, Muhammad Anshori, Muhammad Eksan, Gaston Castano, Marcelo Braga, dan Cristian Gonzales.***