Turunminum.id – Dibatalkannya skema desain jersey bertema pelangi yang diterapkan di dua divisi teratas Prancis selama tiga tahun terakhir merupakan keputusan terbaru yang diumumkan oleh LFP, operator sepakbola Prancis.
Skema tersebut sebelumnya diperkenalkan pada tahun 2023 sebagai upaya untuk melawan homofobia dalam olahraga, namun menuai banyak kontroversi seiring waktu.
Sebagai pengganti, LFP berencana untuk fokus pada pendekatan lain dalam memerangi diskriminasi dalam olahraga. Mereka berencana untuk mengalokasikan waktu khusus dalam kalender kompetisi untuk mengadvokasi isu-isu seperti rasisme dan homofobia.
Baca juga: Mbappe Cetak Dua Gol ke Gawang Belanda, Prancis Makin Perkasa di Kualifikasi Euro 2024
RMC Sport melaporkan rencana ini setelah pernyataan resmi dari LFP, yang menjelaskan tentang pertemuan yang dijadwalkan pada pertengahan November dengan asosiasi mitra untuk merencanakan acara khusus tersebut.
Sebelumnya, beberapa pemain menolak untuk memakai jersey pelangi. Misalnya, Toulouse tidak memasukkan pemainnya ke dalam skuad karena menolak menggunakan seragam khusus saat bertanding melawan Nantes pada musim sebelumnya. Sementara itu, gelandang Nantes, Mostafa Mohamed, juga tidak turun ke lapangan dan menerima denda dari klubnya.
Kasus lain melibatkan gelandang Paris Saint-Germain, Idressa Gueye, yang diminta untuk memberikan penjelasan setelah absen dari satu pertandingan sebagai bentuk protes terhadap dukungan liga terhadap hak-hak LGBTQI+ pada tahun 2022. Ketika itu, pelatih PSG, Mauricio Pochettino, menyebut alasan absennya sebagai “alasan pribadi”.
Pada saat yang bersamaan, berita ini juga muncul setelah empat pemain PSG dijatuhi larangan satu pertandingan karena terlibat dalam nyanyian anti-gay setelah kemenangan mereka atas Marseille di Parc des Princes.
Ousmane Dembele, Achraf Hakimi, Layvin Kurzawa, dan Randal Kolo Muani semuanya menerima sanksi dan telah meminta maaf atas insiden tersebut.