Turunminum.id – Rio Ferdinand emosi melihat penampilan mantan klubnya Manchester United yang kalah atas tamunya Galatasaray dengan skor 2-3. Setan Merah telah dua kali unggul melalui gol Rasmus Hojlund sehingga timnya memimpin 2-1.
Namun lemahnya pertahanan membuat tuan rumah mengalami kekalahan. Ini adalah kekalahan beruntun di Old Trafford dan di Liga Champions UEFA untuk Manchester United setelah mereka menyerah pada kekalahan melawan Galatasaray, Selasa (3/10/2023).
Pemain baru Rasmus Hojlund mencetak dua gol untuk membawa tim asuhan Erik ten Hag unggul 2-1 setelah mantan pemainnya Wilfried Zaha menyamakan gol pembuka pemain Denmark itu.
Setelah Kerem Akturkoglu menyamakan kedudukan pada menit ke-71, Casemiro mendapat kartu kuning kedua dan dikeluarkan dari lapangan. Casemiro melakukan pelanggaran keras terhadap Dries Mertens di dalam kotak penalti.
Baca juga: Galatasaray Cetak Rekor Pertama Kali Kalahkan Manchester United 2-3
Wasit pun memberikan hadiah istimewa dengan tendangan penalti. Sayang eksekusi penalty yang dilakukan Mauro Icardi gagal. Namun sang striker mampu menebus kesalahannya dengan mencetak gol penentu kemenangan pada menit ke-81 ketika kesengsaraan United berlanjut dengan kekalahan keenam musim ini.
Rio Ferdinand kurang terkesan dengan penampilan mantan timnya di Old Trafford. Bahkan dirinya memuji terhadap permainan Galatasaray yang konsisten.
Rio Ferdinand mengaku malam itu emosinya campur aduk. Terkadang, Rio Ferdinand melihat Manchester United memiliki potensi besar, namun selang beberapa menit kemudian sebaliknya.
“Yah, kami terlihat seperti tim yang menunjukkan potensi dan memiliki sesuatu yang positif’ dan tiba-tiba saya duduk di sana dengan kepala di tangan sambil berpikir ada kadang-kadang kurangnya organisasi,” ujarnya.
Baca juga: Pieter Huistra Pernah Kalahkan Pelatih Manchester United Erik Ten Hag
Rio Ferdinan melanjutkan Manchester United memiliki pemain berpengalaman di lini tengah. Namun, kelemahannya mereka bermain tanpa organisasi yang jelas. “Anda memiliki pemain-pemain berpengalaman di lini tengah tim ini dan tidak ada organisasi yang mengatur pertahanan,” ujarnya.
Tim Manchester United seperti yang terlena begitu unggul dan mencetak gol. Saat itulah mereka dalam kondisi paling rentan yang memerlukan konsentrasi penuh.
“Ini adalah Liga Champions, kami tidak seperti bermain sepak bola di sekolah,” ujarnya.