Turunminum.id – Ketua Umum PSSI mengumumkan pembentukan Satgas AntiMafia Bola, pada Rabu, 20 September 2023. Langkah tersebut sangat penting dalam upaya perbaikan sepakbola Indonesia.
Save Our Soccer (SOS) sebagai lembaga yang peduli dengan perbaikan sepakbola di Indonesia, menyambut baik langkah tersebut. Satgas AntiMafia Bola akan menghadapi tugas berat dalam menangani isu-isu panas yang melibatkan sepakbola dalam negeri.
Meskipun memberikan dukungan penuh terhadap pembentukan langkah Erick Thohir tersebut, namun ada beberapa catatan yang disoroti oleh SOS terkait pembentukan Satgas AntiMafia Bola.
Baca juga: Personel Satgas Anti Mafia Bola Najwa Shihab Bandingkan PSSI Era Erick Thohir dengan Era Sebelumnya
Salah satu perhatian utama SOS adalah rekam jejak dari pengurus yang secara garis besar dinilai kurang mempunyai bukti kerja pemberantasan AntiMafia bola hingga proses penindakan.
Sebagian besar adalah penerima informasi yang kemudian mengungkap ke Media. SOS sangat menyesalkan adanya politisi dalam satgas tersebut sehingga rawan tendensi politik jelang pemilu 2024.
Lebih lanjut, SOS juga menyoroti komposisi tim Satgas AntiMafia Bola yang dinilai kurang optimal dengan tidak adanya unsur penegak hukum yang mempunyai keahlian penyidikan, penyelidikan dan penindakan. Hal itu dikhawatirkan kinerja satgas ini hanya sebatas pencitraan pemberantasan mafia bola.
Selanjutnya, SOS menyatakan bahwa program kerja Satgas AntiMafia Bola tidak jelas.
“Tujuannya apa, target berapa lama, dan pertanggungjawabannya seperti apa kepada siapa,” demikian tertulis dalam rilis yang diterima Turunminum.id.
Dengan dasar-dasar tersebut, SOS berpendapat bahwa Satgas AntiMafia Bola yang bersifat dadakan dan ad hoc, memiliki potensi hasil yang terbatas.
“Mereka cenderung ramai di awal, tetapi seringkali prosesnya tergesa-gesa dan akhirnya menghasilkan laporan tanpa tindak lanjut maksimal.”
SOS mengusulkan agar Satgas AntiMafia Bola bersifat permanen dan melekat dalam struktur PSSI. Hal itu penting agar usaha pemberantasan mafia bola dan reformasi sepakbola dapat berjalan lebih sistemik.
Menurut SOS dengan status permanen, anggaran operasional dapat dijelaskan secara lebih rinci, fokus kerjanya lebih terarah, programnya dapat terukur, dan tindak lanjut hukum dapat dilakukan secara lebih transparan dan akuntabel. Selain itu SOS juga menambahkan pertanggungjawaban kepada masyarakat juga harus diperjelas.
Satgas AntiMafia Bola permanen harus diintegrasikan secara langsung dalam struktur PSSI di bawah pengawasan Ketua/Wakil Ketua yang berbeda dari Komite Etik. Anggotanya pun harus terdiri dari berbagai pihak, termasuk masyarakat umum, akademisi, dan penegak hukum yang memiliki spesialisasi dan rekam jejak dalam pemberantasan mafia bola.
SOS optimis dengan cara seperti itu, pemberantasan mafia bola lebih efektif dan bisa membangun sepakbola Indonesia yang lebih bersih dan transparan.***